Halaman Awal

19 Juni 2022

Seni Menanam Kacang

    Yahya Yabo

Seni Menanam Kacang

Pagi buta. Pukul 06.00, lelaki tua sedang bersiap. Dari rumah. Memakai pakaian yang sedikit berlumur dengan cap tanah di sebagian lengannya. Setelah lelaki tua itu menikmati makan paginya. Sederhana. Nasi putih dengan lauk ikan goreng ‘layang’ dengan sedikit saos kecap. Pagi yang bersahaja. Memulai pagi dengan syukur.

Setelah semua dilakukan. Lelaki tua itu baru berangkat. Aku juga ikut berangkat bersama. Menuju ladang garapan. Sekitar 10 menit perjalanan. Tanah garapan hanya seluas 30x30 meter/ (9 Are).

Lelaki tua itu membawa satu ember hitam yang dijinjing. Berisi 3 liter kacang tanah. Kacang tanah yang telah direndam semalam. Aku mengikut di belakangnya. Bersama.

Setelah sampai di ladang garapan. Lelaki tua memulai. Mengambil sebatang kayu dengan panjang 1,5 meter. Kayu yang telah dibuat runcing pada bagian bawahnya ukuran 5 centimeter. Sebatang kayu akan digunakan. Sebagai ‘senjata’ dalam Seni menanam Kacang.

Aku mulanya hanya duduk melihat. Ketika lelaki tua memulai berjalan dari ujung lahan menuju tengah lahan.

Tanah yang telah digemburkan sebelumnya. Membersihkan rumputnya menggunakan parang. Hingga bersih. Menyemprotnya dengan cairan anti hama. Dan siap untuk digarap. Alam telah menyediakan segalanya.

Pemandangan lahan sangat indah. Dikelilingi pohon-pohon kelapa menjuntai tinggi. Buah kelapa muda terlihat segar. Hijau cerah. Jika airnya dinikmati dengan es batu, pasti lebih terasa nikmat. Di kejauhan terlihat gunung-gunung berdiri kokoh. Seakan tak tergoyahkan. Pemandangan yang sangat asri. Aku nikmati sejenak pemandangan yang jarang kulihat.

Ketika lelaki Tua memulai. Mulai menancapkan kayu ke tanah. Kembali dicabut. Terlihat bekas lubang kecil. Lubang seukuran bagian runcing kayu. Begitu dilakukan semua ke ladang garapan. Berulang. Sementara perempuan paruh baya di belakang mengikuti. Mengisikan kacang tanah ke setiap lubang yang dibuat. Diisi satu persatu lubang. Dengan satu kacang tanah.

Aku mulai mengikuti. Mengisi lubang dengan kacang tanah satu persatu. Sabar. Harus dengan sabar mengisinya. Tidak boleh terlewat satu lubang. Juga tidak boleh diisi lebih satu kacang.

Cara menanamnya juga harus membungkuk. Mengisi pas di lubang yang telah dibuat. Setelah kacang tanah diarahkan ke lubang. Kaki juga harus sigap. Menutup bagian tanah yang telah tersingkap dengan menggunakan kaki. Lebih tepatnya jari jempol kaki. Di sini aku mengetahui kegunaan lain dari jari-jari kaki.

Begitu harus dikerjakan. Semua. Sampai ladang terisi dengan kacang tanah.

Sesekali lelaki tua beristirahat. Mengusap keringat yang menumpuk di dahi. Keringat menetes ke tanah. Wajahnya yang tertutup topi kain terlihat lelah. Meminum air botol yang telah disediakan seteguk demi seteguk. Rasa haus hilang. Lelah cukup terobati sedikit.

Pukul 10.00. Terik matahari telah menyengat. Setelah beberapa bidang telah ditanami. Lelaki Tua pulang. Membawa kembali semua peralatan ladang. Bersiap ke peraduan.

Setelah menanam harus ditunggu sampai lebih kurang 3 bulan. Dirawat. Diberi pupuk. Dipelihara. Namun tunas baru mulai tumbuh dalam waktu 7 hari. Baru terlihat. Tumbuh. Mekar. Memiliki daun. Hati Lelaki Tua juga ikut senang. Bahagia.

---

Ada makna dibalik menanam kacang ini. Lelaki Tua yang berjalan di depan. Kemudian membuat lubang kecil. Setelah itu diikuti Perempuan yang mengisi lubang dengan kacang tanah di belakangnya. Satu keluarga akan dibimbing oleh kepala keluarga. Menjadi pemimpin terdepan. Mengarahkan anggota keluarga. Bertanggung jawab. Semampunya.

Aku baru menyadari. Ketika semua sudah selesai dikerjakan.

---

Kamu pasti tahu kacang tanah. Kacang yang sering dijadikan campuran bahan makanan. Beberapa jenis makanan. Ketika kamu sering memakan gado-gado, tahu tek/tahu hulor, sate atau makanan bercampur kacang tanah.

Begitu prosesnya. Hingga bisa dinikmati. Bisa jadi makanan yang kamu makan berasal dari tanah ini. Bisa jadi.! Juga tidak!

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar