SANG-KU-NI.!
Antagonis klasik yang nyata, di era modern.
Oleh N Yahya Yabo
Berbicara tentang
sastra pasti akan menyenangkan, terlebih lagi lagi mengetahui tentang tiga
pokok pembahasan pada kesusastraan. Teori, sejarah dan kritik sastra pada
kesusastaran itu sendiri. Ada yang menarik dari pembahasan dari teori sastra,
terlebih pada bentuk prosa yang bersifat fiksi. Dalam banyak karya sastra ada beberapa
yang bercerita tentang ‘mitos’. Mitos adalah cerita tentang pahlawan zaman
dahulu (dewa-dewa) atau cerita tentang
alam semesta yang bersifat hal-hal secara gaib. Dalam kebudayaan dewasa ini,
hal-hal yang bersinggungan dengan dunia mitos sudah banyak tidak dipercayai dan
dihilangkan dengan alasan hidup di era modern. Kisah-kisah yang memitoskan
sesuatu terjadi di banyak kebudayaan dan daerah. Sebut saja diantaranya adalah
kisah Oedipus dari Yunani, kisah I Laga Ligo dari Sulawesi dan kisah Mahabrata
dari India dan masih banyak lagi kisah yang mengandung dunia mitos yang di
jadikan karya sastra. Sastra yang meniti beratkan pada kisah-kisah mitos akan
menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat umum terlebih masyarakat penikmat
sastra. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang beranjak/berwalal dari suatu
cerita mitos dan masih memercayai mitos-mitos yang ada.
Senada
dengan yang ada di atas, ada cerita yang menjadi ketertarikan sendiri yaitu
kisah Mahabrata dari sebuah kebudayaan India. Kisah ini adalah kisah sastra
terpanjang setelah kisah Sastra terpanjang di dunia I Laga Ligo dari Sulawesi.
Kisah Mahabrata juga sampai saat ini masih dianut sebagai keyakinan dalam
kebudayaan di India. Memercayai tentang Dewa-Dewa, kisah Kerajaan, kisah
Keluarga dan kekuatan Cinta. Kisah yang dibangun dari keluarga kerajaan ini yang
masih mempercayai Dewa-Dewa sebagai pelindung mereka. Mereka menganggap
kekuatan-kekuatan yang Maha dasyat itu berasal dari Dewa. Dewa-dewa itulah yang
menjadi pelindung dan penolong mereka. Kisah keluarga Pandu sebagai raja pada
kerjaan Hastinapura itulah yang menjadi cerita. Perseteruan antara keluarga
Pandawa dan Kurawa ( pasangan Raja Destrarasarta dan Gandari) yang menjalin
dalam cerita mitos ini. Literatur-literatur India banyak berkisah tentang para
dewa. Dari perseteruan inilah ada sesosok yang menjadi dalang dari semuanya.
Paman dari duryudana dan dursasana, kakak dari Gandari yang menjadi timbulnya
pertikaian antara dua keluarga itu yang dari garis keturunannya mempunyai
moyang yang sama. Sangkuni sosok manusia penghasut. Dia selalu saja mencari jalan agar setiap kata-katanya
diikuti oleh siapa saja yang dia inginkan. Saat Raja (Destrarastra) ingin mengambil
keputusan genting pun, Sangkuni datang menghasut Raja, membisikkan kata-kata sugesti
yang keluar dari mulutnya yang sangat kotor itu. Sangkuni tokoh yang sangat
identik dengan penghasutan, kebohongan, kelicikan, kemunafikan, dan kejahatan.
Dia menjadi tokoh yang berpengaruh dalam kisah Mahabrata tapi dalam pengaruhnya
memicu konflik dalam cerita. Semua tahu bahwa Sangkuni selalu saja membuat
hasutan-hasutan terhadap keluarga Kurawa karena merasa dekat dengan Raja dan
kakak dari isri Raja, Gandari. Sosok dan watak seperi Sangkuni inilah yang
selalu ada pada diri manusia. Manusia mempunyai dua unsur sifat utama yaitu
baik dan jahat. Dan dalam watak Sangkuni hanya ada sifat jahat. Watak inilah
yang selalu berkembang dalam cerita sastra maupun cerita nyata. Konflik cerita
akan terbangun melalui watak-watak yang ada pada Sangkuni. Alur cerita akan
menggambarkan bagaimana cara-cara dan upanya Sangkuni dalam memelihara konflik
yang telah terjalin akibat dari wataknya. Unsur dan kemampuan menjaga watak
tersebut itu berasal dari dalam suatu cerita. Kemampuan dalam menjaga watak
Sangkuni ini dalam sastra dikenal atau disebut dengan ‘Antagonis’. Maka,
Sangkuni sebagai tokoh antagonis akan menjadi peran vital dalam suatu cerita.
Pada
era modern saat ini, mitos yang sudah banyak ‘tidak’ dipercayai dan telah ditinggalkan,
(bukan berarti tidak ada kebudayan yang memercayai mitos di era sekarang), masih
ada saja yang mempunyai karakter dan watak seperti Sangkuni dalam kisah
Mahabrata. Watak-watak ini berkembang pada pribadi individu manusia, sesuai
dengan kodratnya. Masa modern saat ini tidak jauh bedanya dengan kisah
Mahabrata. Watak itu akan menguasai manusia jika dia sendiri( individu manusia)
tak mampu menguasai watak yang ada dalam dirinya itu. Cerita tentang kejahatan,
fakta sosial yang terjadi di masa sekarang ini tak dapat dipungkiri. Dalam dunia
politik pun terdapat sosok Sangkuni, mereka saling menjatuhkan dan menghasut
tetapi dengan cara diplomatis. Pemimpin Pemerintah (Raja zaman sekarang) selalu
saja membuat janji-janji yang dia sendiri ingkari (penghianatan dan
kemunafikan). Berita-berita yang ada di tivi selalu memberitakan tentang
pembunuhan, pemerkosaan dan pejabat yang korup tertangkap. Ini menjadi keadaan
nyata pada watak Sangkuni. Setiap gejala sosial yang terjadi adalah hasil dari
watak antagonis yang berkembang pada diri individu manusia era modern saat ini.
Watak yang menghasut itu bukan lagi dari ‘luar’ individi manusianya tetapi
berasal dari ‘dalam’ diri individu itu sendiri. Inilah yang menjadi watak yang
nyata di era sekarang yang berasal dari watak antagonis klasik. Sadar atau
tidak watak itu akan selalu ada pada diri individu. Mereka yang dapat
menguasaianya akan terhindar dari watak Sangkuni sedangkan meraka yang tak
dapat menguasainya akan dipermaikan dan dikuasai oleh Sangkuni (penggambaran
watak yang jahat). Kesenjangan dalam kehidupan sosial juga dipegaruhi oleh
watak ini. Mereka yang merasa nyaman dan hidup berkecukupan karena hasil yang
mengambil dari yang bukan haknya tidak pernah melihat realitas yang terjadi
pada mereka yang menjadi tanggung jawab negara. Karena watak Sangkuni inilah
yang menghasut dari dalam untuk membuat hal kecurangan-kecurangan yang dapat
menguntungkan pribadinya sendiri. Antagonis pada sosok Sangkuni dalam kehidupan
nyata akan selau ada, berkembang dari sifat-sifat dasar manusia yang salah
satunya adalah jahat atau buruk. Tak hayal, mereka yang telah terbuai oleh
kesenangan semu yang dicipatkan si Sanggkuni akan selalu berbuat dan
mempertahankan wataknya, kecuali dia sendiri dari dalam dirinya yang dapat
mengubahnya secara sadar. Karakter tokoh si Sangkunilah yang banyak terwujudkan
dalam keadaan nyata sekarang ini. Konflik sosial bisa terbangun dari watak yang
fiktif ini pada cerita dunia nyata yang terjadi di era sekarang ini. Konflik
akan membangun alur cerita pada proses rangkai watak-watak yang terjalin dari tokoh-tokoh
sebuah kisah dan cerita. (yab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar