Halaman Awal

29 Mei 2014

Sang-ku-ni - Apresiasi

SANG-KU-NI.!
Antagonis klasik yang nyata, di era modern. 

Oleh N Yahya Yabo
Berbicara tentang sastra pasti akan menyenangkan, terlebih lagi lagi mengetahui tentang tiga pokok pembahasan pada kesusastraan. Teori, sejarah dan kritik sastra pada kesusastaran itu sendiri. Ada yang menarik dari pembahasan dari teori sastra, terlebih pada bentuk prosa yang bersifat fiksi. Dalam banyak karya sastra ada beberapa yang bercerita tentang ‘mitos’. Mitos adalah cerita tentang pahlawan zaman dahulu (dewa-dewa)  atau cerita tentang alam semesta yang bersifat hal-hal secara gaib. Dalam kebudayaan dewasa ini, hal-hal yang bersinggungan dengan dunia mitos sudah banyak tidak dipercayai dan dihilangkan dengan alasan hidup di era modern. Kisah-kisah yang memitoskan sesuatu terjadi di banyak kebudayaan dan daerah. Sebut saja diantaranya adalah kisah Oedipus dari Yunani, kisah I Laga Ligo dari Sulawesi dan kisah Mahabrata dari India dan masih banyak lagi kisah yang mengandung dunia mitos yang di jadikan karya sastra. Sastra yang meniti beratkan pada kisah-kisah mitos akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat umum terlebih masyarakat penikmat sastra. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang beranjak/berwalal dari suatu cerita mitos dan masih memercayai mitos-mitos yang ada. 


Senada dengan yang ada di atas, ada cerita yang menjadi ketertarikan sendiri yaitu kisah Mahabrata dari sebuah kebudayaan India. Kisah ini adalah kisah sastra terpanjang setelah kisah Sastra terpanjang di dunia I Laga Ligo dari Sulawesi. Kisah Mahabrata juga sampai saat ini masih dianut sebagai keyakinan dalam kebudayaan di India. Memercayai tentang Dewa-Dewa, kisah Kerajaan, kisah Keluarga dan kekuatan Cinta. Kisah yang dibangun dari keluarga kerajaan ini yang masih mempercayai Dewa-Dewa sebagai pelindung mereka. Mereka menganggap kekuatan-kekuatan yang Maha dasyat itu berasal dari Dewa. Dewa-dewa itulah yang menjadi pelindung dan penolong mereka. Kisah keluarga Pandu sebagai raja pada kerjaan Hastinapura itulah yang menjadi cerita. Perseteruan antara keluarga Pandawa dan Kurawa ( pasangan Raja Destrarasarta dan Gandari) yang menjalin dalam cerita mitos ini. Literatur-literatur India banyak berkisah tentang para dewa. Dari perseteruan inilah ada sesosok yang menjadi dalang dari semuanya. Paman dari duryudana dan dursasana, kakak dari Gandari yang menjadi timbulnya pertikaian antara dua keluarga itu yang dari garis keturunannya mempunyai moyang yang sama. Sangkuni sosok manusia penghasut. Dia selalu saja  mencari jalan agar setiap kata-katanya diikuti oleh siapa saja yang dia inginkan. Saat Raja (Destrarastra) ingin mengambil keputusan genting pun, Sangkuni datang menghasut Raja, membisikkan kata-kata sugesti yang keluar dari mulutnya yang sangat kotor itu. Sangkuni tokoh yang sangat identik dengan penghasutan, kebohongan, kelicikan, kemunafikan, dan kejahatan. Dia menjadi tokoh yang berpengaruh dalam kisah Mahabrata tapi dalam pengaruhnya memicu konflik dalam cerita. Semua tahu bahwa Sangkuni selalu saja membuat hasutan-hasutan terhadap keluarga Kurawa karena merasa dekat dengan Raja dan kakak dari isri Raja, Gandari. Sosok dan watak seperi Sangkuni inilah yang selalu ada pada diri manusia. Manusia mempunyai dua unsur sifat utama yaitu baik dan jahat. Dan dalam watak Sangkuni hanya ada sifat jahat. Watak inilah yang selalu berkembang dalam cerita sastra maupun cerita nyata. Konflik cerita akan terbangun melalui watak-watak yang ada pada Sangkuni. Alur cerita akan menggambarkan bagaimana cara-cara dan upanya Sangkuni dalam memelihara konflik yang telah terjalin akibat dari wataknya. Unsur dan kemampuan menjaga watak tersebut itu berasal dari dalam suatu cerita. Kemampuan dalam menjaga watak Sangkuni ini dalam sastra dikenal atau disebut dengan ‘Antagonis’. Maka, Sangkuni sebagai tokoh antagonis akan menjadi peran vital dalam suatu cerita.


Pada era modern saat ini, mitos yang sudah banyak ‘tidak’ dipercayai dan telah ditinggalkan, (bukan berarti tidak ada kebudayan yang memercayai mitos di era sekarang), masih ada saja yang mempunyai karakter dan watak seperti Sangkuni dalam kisah Mahabrata. Watak-watak ini berkembang pada pribadi individu manusia, sesuai dengan kodratnya. Masa modern saat ini tidak jauh bedanya dengan kisah Mahabrata. Watak itu akan menguasai manusia jika dia sendiri( individu manusia) tak mampu menguasai watak yang ada dalam dirinya itu. Cerita tentang kejahatan, fakta sosial yang terjadi di masa sekarang ini tak dapat dipungkiri. Dalam dunia politik pun terdapat sosok Sangkuni, mereka saling menjatuhkan dan menghasut tetapi dengan cara diplomatis. Pemimpin Pemerintah (Raja zaman sekarang) selalu saja membuat janji-janji yang dia sendiri ingkari (penghianatan dan kemunafikan). Berita-berita yang ada di tivi selalu memberitakan tentang pembunuhan, pemerkosaan dan pejabat yang korup tertangkap. Ini menjadi keadaan nyata pada watak Sangkuni. Setiap gejala sosial yang terjadi adalah hasil dari watak antagonis yang berkembang pada diri individu manusia era modern saat ini. Watak yang menghasut itu bukan lagi dari ‘luar’ individi manusianya tetapi berasal dari ‘dalam’ diri individu itu sendiri. Inilah yang menjadi watak yang nyata di era sekarang yang berasal dari watak antagonis klasik. Sadar atau tidak watak itu akan selalu ada pada diri individu. Mereka yang dapat menguasaianya akan terhindar dari watak Sangkuni sedangkan meraka yang tak dapat menguasainya akan dipermaikan dan dikuasai oleh Sangkuni (penggambaran watak yang jahat). Kesenjangan dalam kehidupan sosial juga dipegaruhi oleh watak ini. Mereka yang merasa nyaman dan hidup berkecukupan karena hasil yang mengambil dari yang bukan haknya tidak pernah melihat realitas yang terjadi pada mereka yang menjadi tanggung jawab negara. Karena watak Sangkuni inilah yang menghasut dari dalam untuk membuat hal kecurangan-kecurangan yang dapat menguntungkan pribadinya sendiri. Antagonis pada sosok Sangkuni dalam kehidupan nyata akan selau ada, berkembang dari sifat-sifat dasar manusia yang salah satunya adalah jahat atau buruk. Tak hayal, mereka yang telah terbuai oleh kesenangan semu yang dicipatkan si Sanggkuni akan selalu berbuat dan mempertahankan wataknya, kecuali dia sendiri dari dalam dirinya yang dapat mengubahnya secara sadar. Karakter tokoh si Sangkunilah yang banyak terwujudkan dalam keadaan nyata sekarang ini. Konflik sosial bisa terbangun dari watak yang fiktif ini pada cerita dunia nyata yang terjadi di era sekarang ini. Konflik akan membangun alur cerita pada proses rangkai watak-watak yang terjalin dari tokoh-tokoh sebuah kisah dan cerita. (yab)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar