Aku Yahya Yabo. Keseharianku menjadi Jurnalis di media lokal
Bontang, Kalimantan Timur. Pastinya akan selalu membutuhkan gawai dan internet.
Gawai dan internet bagi jurnalis itu suatu kebutuhan. Sama seperti fungsi
pakaian yang dibutuhkan jurnalis.
Setiap hari harus mencari berita, ‘update’ berita, menulis
berita hingga membutuhkan internet untuk menuntaskan pekerjaan.
Dalam keseharian, aku tidak begitu ‘romantis’. Hanya seperti
orang lain pada umumnya. Menggunakan internet pada umumnya.
Disela kesibukan sebagai jurnalis. Pasti ada waktu untuk
menikmati waktu sendiri. Hanya sendiri namun ditemani gawai. Berselancar di
dunia maya. Gawai yang juga digunakan sebagai alat kerja.
Aku sering menggunakan Youtube dan Instagram untuk
berselancar di dunia maya. Mencari informasi maupun untuk hiburan pribadi. Tak
kala sudah berada di dunia maya, aku sering lupa waktu. Berselancar sendiri,
jauh masuk ke dunia orang lain. Melihat sisi internet yang begitu luas.
Dari internet, informasi tak dapat dibendung. Begitu banyak
kabar. Dari kabar yang memang benar hingga kabar bohong atau hoaks. Terkadang
kabar fitnah juga ada. Itulah internet.
Tapi dari situ, masyarakat harus jeli. Menerima informasi
dan kabar sehingga tidak menerima kabar hoaks. Hoaks bisa mengenai siapa saja,
tanpa pandang usia. Bahkan, para elit pun bisa terkena kabar hoaks. Seperti
beberapa waktu lalu. Ketika kebohongan mengenai pemukulan salah satu aktris
senior padahal melakukan operasi plastik.
Kembali ke aktivitasku. Dari ke dua media sosial itu, aku
sering melupakan waktu saat berselancar di dunia maya. Mencari hiburan di sana
rasanya seperti ‘candu’ yang membuat ketagihan. Sayangnya, kadang aku tidak
bisa mengontrol keadaan itu. Terus saja terbuai di media sosial. Dari satu
media sosial ke media sosial lainnya. Terbuai.
Tak jarang. Semua akses internet bisa diakses semua kalangan
hingga anak-anak. Namun, di situ sisi ‘negatif’ internet. Akses yang memudahkan
akan membuat yang mengaksesnya tidak mengenal batasan usia. Bisa mengakses apa
saja.
Aku pun, masih terkadang melihat konten dewasa di media
sosial, yang mungkin bisa diakses di bawah usia yang diperbolehkan.
Kalau dipikir, waktu kadang terbuang percuma untuk memuaskan
hasrat bermedia sosial. Tapi, disitulah sisi kenikmatan internet. Melihat dunia
hanya melalui gawai ukuran kecil. Di sudut ruang atau di kamar sendiri. Dengan
keadaan apa pun, bisa menikmati internet.
Lupa waktu inilah yang aku sebut penyakit masa kini. Hingga
mengabaikan semuanya. Baik pekerjaan pribadi maupun pekerjaan yang ada di
rumah. Ingat saja, jangan sampai lupa waktu. Bagiku masih banyak yang bisa
dilakukan tanpa terhubung internet.
Aku khawatir jika ini akan berlangsung lama. Kebiasaan yang
bisa saja ‘mematikan’. Aku kadang bersalah sendiri. Tidak bisa membagi waktuku
untuk kunikmati. Butuh waktu sendiri itu juga pentingkan.
Berikan coba solusinya padaku.?
Kunjungi juga - Aku, Jurnalis dan Kota Bontang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar