Halaman Awal

18 April 2022

Aku, Jurnalis dan Kota Bontang


Foto: Yahya Yabo

Juli 2021. Beberapa pekan ini dunia dihebohkan dengan berita dua Miliuner Amerika serikat sedang bersaing terbang ke luar angkasa dengan masing – masing perusahaan mereka. Yah, pasti kalia tahu. Dua Miliuner itu yakni Richard Branson dan Jeff Bezos. Richard Branson pendiri Virgin Galactic menggunakan pesawatnya untuk terbang ke luar angkasa pada Minggu 11/07/2021. Sementara Jeff Bezos melakukan penerbangan ke luar angkasnya pada Selasa, 20/07/2021 dengan menggunakan pesawat New Shepard buatan perusahaan Blue Origin milik Jeff Bezos sendiri.

Juli 2021, Bontang. Kasus Covid-19 di Kota Bontang dalam pekan - pekan terus meningkat. Melihat dari data Satgas Covid-19 kota Bontang pada akhir-akhir bulan Juli 2021, 15 kelurahan yang ada di kota Bontang berada di zona merah. Dengan total lebih 9.439 kasus di Bontang dan angka kasus aktif sebanyak 1.879 kasus (per tanggal 22 Juli 2021). Berharap kasus Covid-19 tidak harus meningkat.

Kedua perisitiwa itu terjadi di bulan Juli. Aku bukan ingin menceritakan kedua hal itu. Pertama untuk kedua Miliuner itu yang terbang ke luar angkasa adalah bisnis mereka yang ingin ‘mempariwisatakan’ luar angkasa. Kedua mengenai kasus Covid-19, aku atau bahkan jurnalis lainnya ingin tidak ada lagi pemberitaan mengenai Covid-19. Harus usai. Atau Covid-19 sudah akan menjadi bagian dari kehidupan kita umat manusia.

Nah, di paragraf  ke empat ini, aku akan memulai menceritakan ceritaku bersama sebagai Junalis yang biasa orang juga kenal wartawan atau pemberi/penyampai informasi ke publik.

Sebelumnya, pada 2015 pertama kali aku menjadi jurnalis/wartawan media cetak. Mengenal teknik tulis-menulis dalam media sudah aku tahu sejak aku berkuliah. Aku menyelesaikan kuliah 2015. Desember 2015 aku bekerja di media cetak lokal Bontang, Bontang Post. Akhir tahun menuju 2016. Awal liputan ditugaskan mencari pernak – pernik Natal yang saat itu akan merayakan hari Raya Natal 2015.

Aku menjalani tugas liputan. Liputan seputar kota. Mencari berita unik, menarik dan dekat dengan masyarakat. Melihat permasalahan masyarakat. Keliling – keliling kota Bontang. Pernah aku lalui.

Suatu ketika, aku sudah berusaha mencari liputan. Seharian. Sudah susah payah. Berkeliling, tapi ide liputan belum muncul. Baru awal-awal tugas. Sampai di kantor. Waktu itu malam. Aku ditanya salah satu redaktur. ‘Mana beritamu hari ini’?  ku jawab ‘belum ada’. Kemudian dibalas ‘Ngapain kamu datang kalau nda ada beritamu’.

2016. Beberapa bulan menjalani tugas. Aku masih sering bingung. Suatu waktu ada liputan. Liputan besar waktu itu. Kejadian terbakarnya orang utan di Km 3, Kelurahan belimbing. Satu orang utan dewasa dan dua orang utan masih kecil mati terbakar. Aku ikut liputan. Langsung, di Tempat Kejadian Perkara. Berita kebakaran orang utan itu menjadi headline di media lokal. Masih beberapa media waktu itu di Bontang, juga belum banyak online. Beritanya pun bahkan menjadi berita nasional.

Beberapa bulan mengenyam di media cetak lokal. Ketika itu, aku masih tidak menyangka bisa bergabung dengan Tim hebat. Timnya dulu diberi nama Hunter. Ada aku dan satu laki-laki dan dua orang wanita tergabung dengan Tim.

Saat masih bersama Tim Hunter. Aku pernah ditugaskan liputan khusus. Liputan mengenai LGBT di Bontang. Liputan itu menjadi headline. Berkesan juga bagi aku. Liputan mendalam. Suatu masalah. Diberikan beberapa waktu menyelesaikan liputan. Mengenai Tim hunter, beberapa masih aktif di media, ada juga yang sudah tidak ada kabar selepas keluar dari media. Pertengah tahun istrahat.

2017-2018. Jeda dari media. Walau pun jeda, aku tetap menulis opini ke media. Beberapa dimuat. Pasti ada juga tidak.

Desember 2018. pertengahan Desember. Memulai kembali di media. Kali ini di media audio visual. Media Televisi lokal. PKTV. Ceritanya baru bermula. Menjadi Reporter. Ini juga mengenai awal liputan di media Televisi. Meliput perayaan hari keagamaan. Ketika itu, mendekati perayaan hari raya Natal 2018. Tugas dari kantor. Langsung meliput perayaan hari raya Natal di Gereja yang ada di Bontang. Malam Misa.

Sudah pasti malam itu, penjagaan gereja pasti lebih ketat dari hari biasanya. Para jemaat yang masuk gereja wajib diperiksa. Ada penjagaan. Polisi sigap dengan penjagaan alat deteksi logam. Semua diperiksa. Aku bersama senior reporter masuk juga diperiksa. Semua barang bawaan. Diperiksa menggunakan alat deteksi logam. Di depan pintu gereja. Saat itu detak denyut jantungku berdenyut kencang. Entah kenapa. Atau karena baru kali pertama aku memasuki Rumah ibadah orang lain, Gereja.

Aku masuk. Tetap dengan ‘deg-degan’. Dari depan hingga belakang ruangan, aku lihat bangku panjang yang menyamping terisi penuh. Aku mencari bangku yang kosong. Sebeleh kiri gedung terlihat satu bangku yang tidak diduduki. Aku duduk. Berbeda dengan yang lain. Tapi panitia kegiatan tetap mengenaliku.

Proses Misa berlangsung. Dari awal proses hingga selesai ku lihat. Aku hanya duduk. Tidak tahu harus melakukan apa. Hanya senior reporter yang mengambil gambar. Aku ditugaskan mewawancarai pendeta. Ini pertama kali aku masuk ke Gereja. Pada saat rangkaian Misa dan proses lainnya, di dalam hati aku mengingat.

Bagiku, tidak masalah. Hanya saja ini pengalaman pertamaku masuk rumah Ibadah agama lain. Menyaksikan secara langsung dari dalam. Aku seorang Muslim. Ini tugas. Tugas dari pekerjaan. Sebagai reporter.

Sebagai jurnalis/reporter harus siap. Siap ditugaskan dimana saja. Selagi mampu. Punya bekal. Punya identitas diri.

Awal 2020. Kasus covid-19 pertama yang tercatat di Indonesia terjadi di bulan Maret 2020. Dua orang yang terkonfirmasi kasus korona pertama yakni Ibu dan Anak. Dari kasus pertama itu, menyebar. Semakin banyak. Hingga kasus Covid-19 pengaruhi segala lini. Sosial, ekonomi, agama, pandangan, kebijakan hingga juga pengaruhi tugas – tugas sebagai jurnalis.

Awal – awal kasus meningkat di tahun itu, membuat semua panik, khawatir, saling menghindari jarak. Sebagai media televisi yang lebih mengedepankan Visual Audio. Pasti sulit. Bertemu langsung dengan narasumber tidak bisa dielakkan. Dengan siapa saja. Namun, pasti ada saja yang tidak ingin bertemu. Ini sering sulit bagi jurnalis televisi. Ketakutan narasumber bertemu orang di awal – awal pandemi Covid-19. Semuanya aku alami. Dijalani, dengan beberapa aturan – aturan baru. Dalam kehidupan. Harus memakai masker ketika keluar rumah, menjaga jarak dan tidak bersentuhan.

Juli 2021. Kota Bontang masih dalam status zona merah. Semua kelurahan. Termasuk Kelurahan tempat aku tinggal. Loktuan. Salah satu yang tertinggi.

Aku akhiri tulisan ini. Hanya sedikit cerita. Pengalaman. Merasakan langsung. Salam.  


Berkunjung Juga ke: Media Bukan Alat Pembuat Meriah  


*Ditulis pada 27 Juli 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sering Dibaca