"SANG"
Oleh N Yahya Yabo
‘Mereka
akan berlayar mengarungi samudera melawan semua ombak ganas dalam lautan lepas
hingga mereka mendapatkan peradaban bahkan membangun peradaban’
Matahari belum menampakkan cahayanya dan masih
besembunyi di balik gunung. Rombongan itu sudah mengembangkan layarnya pada
perahu finisinya. Ssperti biasa mereka hendak mencari ikan di laut lepas karena
mereka memang melakukannya setiap hari. Entah dari pagi tadi sampai matahari
tepat berada di atas mereka tegak lurus terhadap kepala, mereka belum juga
mendapatkan ikan satu pun. Hanya udang-udang kecil yang mereka dapat. Pimpinan
rombongan itu bertanya pada rekan-rekannya.
“Kenapa tak ada satupun ikan yang kita tangkap.”
Salah seorang dari anggota rombongan itu menanggapi
pertanyaan Aji Pao, ketua rombongan.
“ikan-ikan sekarang mungkin sudah mulai habis”
jawabnya.
“bagaimana mungkin ikan-ikan sudah mulai habis hanya
karena kita para pelaut menangkapnya.” Aji Pao memalingkan pandangannya ke arah
anggotanya.
Mereka pulang dengan hanya membawa udang-udang kecil
hasil tangkapan.
Xxx
Keesokan harinya mereka kembali berlayar. Tapi cuaca
sedang dalam keaadaan tidak bersahabat. Gumpalan awan mendung di langit menggelapkan
lautan yang tak berbatas itu. Aji Pao dan lima anggotanya tak menghiraukan
cuaca, mereka terus saja mengembangkan layar kapalnya. Mereka sampai di tengah
laut. Gumpalan awan mendung masi mengitari langit hingga gumpalan mendung itu
menumpahkan air hujan yang cukup deras. Kapal Aji Pao dan rombongannya tak
mampu menghindari air hujan itu.
“Aji, coba lihat di sana.” Anggota dari Aji Pao
melihat sesuatu sambil menunjuk ke arah timur.
“iya. Aku melihatnya. Sesuatu itu seakan bergerak ke
arah kita.” Jawab Aji Pao.
Mereka terus mempertahankan kapal agar kapal tak
terlalu bergoyang karena hujan deras sedang mengintai mereka. Kini mereka tahu
bahwa yang mereka lihat itu adalah ombak besar yang sedang bergerak ke arah
mereka. Mereka tak boleh terkena ombak itu. Aji Pao berusaha mengemudikan kapal
agar mereka terhindar ombak. Hujan pun
menambah deretan perjuangan mereka di laut. Sekuat apapun Aji Pao mengarahkan
kapalnya agar tidak terkena ombak tapi ternyata kapal mereka tak bisa
terhindar. Ombak itu menghantam bagian sisi kapal.
“tetap arahkan layar kapal”. Teriak Aji Pao kepada anggotanya.
Kapal yang tak terlalu besar tak mampu melawan ombak
ganas itu. Seluruh isi kapal porak-porandak dihantam ombak. Kapal itu terbalik
dan masuk kedalam lautan. Tak terkecuali Aji Pao dan anggotanya ikut masuk ke
dalam air. Mereka berteriak minta tolong di dalam lautan lepas, hujan juga
masih terus saja turun. Mereka terbawa ombak.
Xxx
Kicauan burung pada pantai yang memiliki hutan lebat
di belakangnya mengantarkan Aji Pao membuka matanya. Saat dia membuka mata, dia
melihat kapalnya telah hancur di depannya. Aji Pao mendekati kapalnya.
“Bagaimana sekarang aku kembali, sedangkan kapalku
telah hancur dan tak bisa dipakai lagi.”
Aji Pao juga tak menemukan tiga anggotanya hanya dua
yang dia temukan sedang pingsan di dekat pohon kelapa.ternyata Aji Pao
terdampar di sebuah pulau. Mereka kini harus tinggal sementara di pulau itu.
Aji Pao terus saja masuk ke dalam hutan dan mencari tempat tinggal di pulau
itu. Aji Pao dan dua anggotanya tinggal di pinggir sungai yang ada di dalam
hutan itu.
Sungai itu
mempunyai tiga aliran anak sungai. Ternyata tiga aliran sungai itu mempunyai
masing-masing penjaga mahluk halus. Aji pao sebelum tinggal di pinggiran sungai
harus meminta ijin dulu untuk tinggal pada masing-masing penjaga sungai. Mahluk
yang menjaga sungai itu juga mempunyai nama. Nama penjaga aliran sungai pertama
yaitu ‘Sang Atta’1 menjaga derah aliran sungai. Yang menjaga daerah
aliran sungai ke dua yaitu ‘Sang Kima’2. Dan penjaga aliran sungai
ke tiga yaitu ‘Sang antan’3.
Aji Pao mengadakan ritual untuk bertemu dengan
‘Sang’ penjaga tiga aliran sungai. Aji Pao bertemu untuk meminta ijin tinggal
dan berburu untuk bertahan hidup. Para sang penjaga mengijinkan Aji Pao untuk
tinggal di daerahnya.
“Kau harus menjaga tempat kami ini. Kau tak boleh
merusak alam sekitanya jika kau mau tinggal di daerah ini.” Pesan para ‘sang’
kepada Aji Pao.
Aji Pao berburu hanya untuk bertahan dan menikmati
hasil alam secukupnya. Dan juga harus melaksanakan pesan para Sang. Aji Pao
menyetujuinya.
Xxx
Setelah bertahun-tahun lamaya Aji Pao hidup di
daerah itu. Para orang-orang pun mendengar kabar tentang daerah yang di tempati
Aji Pao. Dari mulut ke mulut orang mengatakan bahwa daerah itu cukup makmur dan
hasil alamnya melimpah. Orang-orang kini mulai banyak berdatangan ke tempat itu
setelah para kerabat Aji Pao datang. Orang-orang banyak yang datang dari
berbagai suku. Para pendatang itu juga menetap di daerah itu. Kumpulan-kumpulan
berbagai pendatang dari berbagai suku itu hidup bersama-sama di daerah itu.
Mereka saling bergotong royong, bekerjasama. Setelah para pendatang banyak yang
berdatangan dan berkumpul bersama, Aji Pao lansung memberikan nama untuk daerah
itu. Nama mengacu pada perkumpulan, bergerombol dan banyak para pendatang. Nama
daerah itu di beri sebutan “Bond-tang”. Yang artinya bond itu perkumpulan
sedangkan tang diambil dari kata pendatang. Sampai saat ini nama itu masih dipakai
untuk daerah itu. Sebuah daerah di pulau Kalimantan.
2012
catatan:
1)
nama itu juga
menjadi nama daerah
2)
nama itu juga menjadi nama daerah
3)
nama itu juga menjadi nama daerah
Bagus, saya juga sempat menuliskan dalam konsep naskah buku. Salah satunya ttg sejarah bontang. Tapi belum sempat edit
BalasHapus