Foto: (Dokumen Yahya Yabo) |
Rabu 26 Juni 2024. Pagi, 6.30 Wita berangkat dari rumah. Perjalanan dari rumah ke klinik satelit lebih kurang 15 menit. Aku sampai pukul 6.55 Wita lebih lambat. Saat sampai ku lihat klinik telah ramai. Namun, klinik belum buka. Klinik baru buka 07.00 Wita. Orang-orang yang lebih dulu menunggu telah banyak. Aku datang dan mengambil nomor antrean. Mengantre. Mengambil nomor antrean di poli klinik gigi dengan antrean nomor 20. Berarti sudah 19 orang di depanku yang lebih dulu. Poli gigi dibatasi pasien. Hanya sampai 25 nomor antrean. Itu lah, kenapa harus pagi-pagi betul datang untuk mengambil antrean.
Aku menunggu. Di ruang tunggu klinik. Suhu udara di ruangan tunggu sangat dingin membuat aku kedinginan. Seperti biasa aku tidak terlalu biasa dingin. Menjadi dingin, suasana juga dingin. Tidak ada obrolan. Hanya saling menunggu satu sama lain.
Selalu saja, aku selalu takut apabila datang ke dokter gigi. Terakhir kali aku datang di 2021 lalu. Aku deg-degan kalau menunggu. Saat menulis ini pun, aku masih deg-degan sambil menunggu nomor urut untuk mendaftar kembali. Di pendaftaran aku mendapatkan urutan ke 15 ke dokter gigi. Petugas bilang akan dilayani sekitar pukul 10.00 Wita lebih. Aku menjadi pasien terakhir poli gigi. Biasanya poli gigi buka hingga pukul 11.00 Wita.
Aku sudah terbiasa menunggu dalam waktu lama. Pada profesiku juga sering mengharuskanku menunggu. Apalagi menunggu narasumber. Panggilan pasien pertama ke poli gigi belum dipanggil hingga pukul 07.40 Wita. Masih menunggu.
Sementara di luar klinik, ada sekelompok komunitas yang sedang melakukan senam bersama. Pesertanya terlihat usia-usia tua, atau lansia. Namun tetap semangatnya ikuti senam bersama yang dipandu seorang pria yang mungkin instruktur profesional dalam bidangnya.
Semakin lama menunggu, akan membuat orang gusar. Biasanya tambah lama tambah melelahkan bisa membuat energi juga terkuras. Seperti itu yang aku rasakan. Atau hanya aku yang merasa begitu? Entah orang lain juga merasakan hal yang sama.
8.37 Wita klinik kembali ramai kedatangan pasien umum dan poli bidan. Banyak ibu-ibu yang membawa anak bayi. Memeriksakan anak-anak mereka.
Aku masih menunggu dengan sabar. Menunggu nama dipanggil petugas poli gigi. Aku menjadi pasien terakhir, pasien ke 15 pagi ini. Pukul 10:15 Wita namaku dipanggil. ‘atas nama Yahya, poli gigi’. Begitu panggilannya.
Aku mulai berjalan melewati beberapa kursi yang telah kosong. Juga melewati pasien lainnya yang sedang ingin berobat ke poli umum dan poli bidan. Ke ketuk kaca pintu poli gigi. Dari dalam suara terdengar mempersilakan masuk. ‘Silakan masuk’ kata seorang petugas poli.
Aku masuk. Kemudian tiba-tiba rasa takut menghampiri. Baru lagi kembali ke ruangan tindakan poli gigi setelah sebelumnya. Aku kembali melakukan pemeriksaan gigi karena tambalan gigi gerahamku lepas beberapa hari yang lalu. Kemudian aku putuskan untuk menambal kembali gigi geraham belakang bawah. Memang sudah beberapa tahun lalu ditambal, sekitar tahun 2021. Saat Covid-19 masih menghantui. Walau saat itu sudah berkurang.
Dokter gigi kemudian mengambil tindakan. Melihat riwayat pemeriksaan sebelumnya. Kemudian melakukan pemeriksaan ke gigiku. Membersihkan bagian lubang. Dokter gigi menanyakan. ‘Apa ada rasa sakit’. Ku jawab ‘belum ada dok’. Karena memang saat tambalan gigiku lepas, belum terasa sakit.
Setelah beberapa menit dilakukan tindakan oleh dokter gigi. Akhirnya selesai juga. Tambalan gigi belakangku sudah selesai. Sampai proses hingga selesai tidak ada rasa sakit. Dokternya bagus dalam melayani pasien. Dokter bilang ‘sudah selesai, ini sudah ditambal permanen lagi ya’. Aku bangkit dari kursi pemeriksaan gigi. Setelah beberapa saat tegang dalam kondisi gigi diperiksa. Aku keluar ruangan pukul 10.34 Wita. Kemudian kembali ke pendaftaran untuk menyerahkan surat dari dokter gigi yang diminta untuk diserahkan ke pendaftaran. Aku pulang. Kembali beraktivitas. Kembali bekerja. Menunggu bagian dari pekerjaan. (yhy)
Baca juga: Nelayan Itu Penggerak Ekonomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar